Diposkan pada Filsafat Seni

Senjata

Sebuah Renungan tentang “Senjata”

aad peru

Apakah tajam? Apakah kejam? Ataukah mungkin senjata api? Senjata tradisionalkah? Ada banyak kemungkinan memperoleh jawaban yang berbeda antara seorang dengan seorang lainnya, sebut saja ada sejuta kemungkinan.

Senjata adalah suatu alat atau perlengkapan yang dibuat oleh manusia yang digunakan dalam perkelahian atau peperangan. Senjata juga bisa diartikan sebagai suatu alat atau perlengkapan yang digunakan untuk perburuan. Dilain kasus sah saja mengartikannya menjadi suatu benda yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada makhluk-Nya yang digunakan untuk membantu memenuhi dan mempertahankan kehidupan makhluk tersebut.

Mari kembali ke masa kurang lebih 50.000 SM di zaman palaeolitik. Saat itu manusia sudah diperkenalkan Tuhan kepada senjata. Manusia palaeolitik sudah memanfaatkan batu dan kayu untuk menjadikannya senjata. Kegunaannya masih sangat sederhana, yaitu perlengkapan berburu, bertahan dari bahaya binatang buas, hingga bercocok tanam. Betapa luar biasanya Tuhan, ia telah mengkaruniai manusia dengan keterampilan membuat senjata guna membuat mereka bisa bertahan hidup hingga sekarang.

Beranjak dari zaman palaeolitik yang menggunakan batu sebagai material utamanya, munculah kebudayaan logam. Manusia sudah bisa mengolah batuan logam menjadi berbagai bentuk yang diinginkan, tak lepas dari penggunaannya menjadi senjata. Ketika manusia menguasai teknologi mengolah logam seketika itu pula manusia sudah menggunakan senjata untuk berperang.

Bandingkanlah dengan masa ini. Tentu senjata sudah sangat jauh berkembang. Mulai dari bentuknya, jenisnya, dan kegunaannya. Ada senjata api, senjata tajam, senjata biologis, bahkan tubuh manusia pun adalah senjata setelah dipopulerkannya seni bela diri (martrial art). Bahkan sebenarnya hampir semua yang ada di sekeliling manusia bisa menjadi senjata. Dinding halus maupun kasar adalah senjata. Meja dan kursi adalah senjata. Gelas? Piring? Sendok ataupun garpu? Perlengkapan makanpun adalah senjata. Masih banyak lainnya, ternyata banyak sekali senjata bahkan dari benda-benda yang seharusnya bukan senjata.

Melamunkan seputar senjata cukup menguras energi. Tapi aku mendapat sebuah bisikan dari kepalaku. Bukankah ada sesuatu yang menakjubkan yang bisa diambil dari teman kita si senjata ini? Aku bisa melihatnya, ada banyak keajaiban Tuhan yang tersalur dari sebuah senjata. Bagaimana Tuhan memberikan kemampuan kepada manusia untuk membuat dan menggunakan senjata.

Aku pernah mendengarnya dari seseorang. Kehebatan senjata dipengaruhi oleh kemampuan orang yang memakainya. Bahkan orang yang hanya dibekali batu masih memiliki peluang untuk menang melawan seorang bersenapan lengkap. Perumpamaan ini mengajarkan kita bahwa senjata hebatpun tidaklah berguna jika tidak disertai keahlian penggunannya.

Ada yang menarik dari senjata yang sedang kita perbincangkan disini. Coba sekali lagi kita pejamkan kedua mata kita. Aku serius, pejamkanlah matamu lalu bayangkan hal yang melekati senjata. Maukah kamu tau apa yang aku pikirkan? Dia yang melekati senjata adalah darah.

Mungkin saja ada diantara pembaca yang berpikiran sama denganku, bisa saja diantara lainnya menganggapku gila. Tapi inilah proses berfilsafatku. Senjata dekat dengan darah. Diserial-serial detektif, kisah-kisah fiktif, hingga kasus nyata dunia kriminal sudah kondang tentang bau darah yang melekat pada senjata.

Tapi bukankah kita sepakat bahwa senjata adalah pengetahuan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia? Mengapa Tuhan tega menganugerahkan kemampuan kepada manusia untuk membuat senjata yang bisa memunculkan pertumpahan darah dimana-mana? Jika memang jawaban atas masalah ini merujuk pada kesalahan Tuhan, aku tidak menerimanya sama sekali. Seliar apapun pikiranmu, seliar apapun tindakanmu didunia ada satu ketetapan yang tidak boleh kau langgar.Tuhan tidak pernah berbuat salah.

Kecelakaan, kemalangan, busuknya bau darah yang melekati senjata yang saat ini terdengar dimana-mana itu adalah perihal nafsu. Datangnya dari Setan, Iblis, dan Jin yang senantiasa menggoda manusia kedalam kehancuran. Senjata yang suci, yang diajarkan Tuhan kepada manusia adalah agar manusia bisa bertahan hidup. Adalah agar manusia terhindar dari mara bahaya. Adalah agar manusia mampu menjaga dirinya dan keluarganya.

Pikirkanlah apa yang baik yang bisa diambil dari sebuah senjata. Sudahkah? Sekarang seberapa banyakkah hal baik yang kau pikirkan tadi terjadi disekelilingmu? Tidak menemukannya? Bagaimana jika range nya aku tambah menjadi “di negaramu? Lucunya kabar yang melintas dikehidupan kita lebih banyak tentang “busuknya darah yang melekat disenjata” ketimbang “minyak wangi yang melekat di senjata”

Bukankah itu suatu bukti bahwa lebih banyak manusia yang terjerumus dalam nafsu menggunakan senjata? Bukankah ini suatu bukti bahwa setan-setan itu, jin dan iblis itu sudah banyak dipertuhankan yang dalam kasus ini mereka menjelma dalam bentuk nafsu?

Inilah pelajaran yang bisa kita ambil. Manusia punya otak dikepalanya. Ups maaf, binatang juga ding. Manusia memiliki akal dan pikiran, sekaligus memiliki hati nurani. Itu yang tidak dimiliki makhluk lainnya.

Dengan mengolah akal, pikiran, hati nurani, disitu kita menemukan kebijaksanaan. Disitulah kita menemukan kedamaian. Tuhan mengajarkan keterampilan membuat senjata adalah agar manusia tidak punah. Agar manusia bisa merasa aman. Agar manusia bisa menemukan kebijaksanaan didalamnya (senjata). Agar manusia bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.

Pertumpahan darah dalam peperangan yang melibatkan senjata terjadi karena adanya nafsu menguasai. Adanya nafsu untuk menjadi yang terbesar. Adanya nafsu untuk menjadi yang terkaya. Padahal nafsu yang tidak terkendali adalah jendela kehancuran. Kehancuran yang dibawa oleh Setan, Jin dan Iblis. Atau jangan-jangan manusia itu sendirilah yang menginginkan kehancuran? Dirimulah yang menentukan jawabannya.

“Kehadiran senjata adalah karunia Tuhan. Bau busuknya darah yang melekat pada senjata apapun itu bukan salah senjata. Itu ulah nafsu yang merasuki manusia”

Author MamanqAad

Penulis:

Mahasiswa Seni Rupa Murni di salah satu Universitas Negeri di Nusantara. Mengambil Studio Seni Keramik sebagai minat utama dan dilanjutkan dengan Studio Seni Lukis sebagai minat kedua.

Tinggalkan komentar